Dampak Perubahan Iklim di Indonesia kian Nyata



Metrotvnews.com, Jakarta: Ancaman dampak perubahan iklim kian nyata dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Melalui Kajian Kerentanan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) Kemenetrian Lingkungan Hidup (KLH) menemukan anomali nyata di beberapa wilayah Indonesia seperti naiknya pasang surut, kejadian gagal panen, hingga rusaknya ekosistem.

"Di sepanjang 2012 silam kami melakukan riset bersama-sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) soal kerentanan Indonesia terhadap dampak perubahan iklim. Ternyata hasilnya cukup mengejutkan karena kami menemukan terdapat anomali keadaan di beberapa wilayah yang mengindikasikan kerentanan Indonesia," papar Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Peerubahan Iklim KLH Arief Yuwono dalam Media Briefing di Hotel Atlet Jakarta, Jumat (1/11).

Tiga wilayah yang di riset KLH lanjut Arief yakni Palembang, Malang , dan Tarakan. "Ketiga wilayah tersebut kami pilih karena mewakili kerentanan tiga jenis topografi kawasan di Indonesia. Palembang untuk kawasan dataran rendah, Malang untuk kawasan dataran tinggi, dan Tarakan untuk kawasan ekosistem kepulauan," papar Arief.

Dari riset tersebut lanjut Arief telah ditemukan beberapa dampak nyata perubahan iklim sesuai dengan tipologi masing-masing daerah. 

"Di Palembang kami temukan telah terjadi kenaikan pasang surut yang cukup signifikan yakni sebesar 0.55 mm sampai 0.7 mm sejak dua dekade. Tak hanya itu, di wilayah ini juga banyak sekali kasus epidemi demam berdarah yang meningkat signifikan sejak dua dekade sebagai pertanda kenaikkan suhu," papar Arief.

Sementara di Malang, cuaca yang tidak stabil akibat perubahan iklim lanjut Arief menyebabkan tanaman sulit berbuah akibat banyak putik. yang mati. "Ini menjelaskan menurunya produksi apel malang dan meningkatnya pengiriman pangan ke Malang dari luar daerah," papar Arief.

Sementara yang terburuk, lanjut Arief ditemukan di kawasan pesisir dan ekosistem kepulauan di daerah Tarakan. "Fenomena coral bleaching atau pemutihan terumbu karang dan rusaknya ekosistem bakau marak terjadi di kawasan pesisir dan kepulauan," tukas Arief.

Rusaknya tanaman bakau menurut Arief erat kaitannya dengan keadaan air yang asam sementara coral bleaching diakibatkan air laut yang semakin hangat. "Dua kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan organisme lain seperti ikan dan udang. Tak heran belakangan nelayan harus melaut lebih lama dan lebih jauh untuk mendapatkan ikan," tukas Arief.

Hasil riset tersebut menurut Arief masih harus disempurnakan kembali termasuk dari segi penghitungan data. (Soraya Bunga Larasati)


Editor: Edwin Tirani

Sumber  : Metrotvnews.com


HUBUNGI KAMI

Informasi Via telpon bisa hubungi :
Yogyakarta: +62 81227566913

Office: Jl. Rejowinangun No.13 KotaGede Yogyakarta


Email : info.igist@yahoo.co.id

Website: http://komunitasbisnishijau.blogspot.co.id