Kiprah Baru Sri Mulyani di Komisi Perubahan Iklim


Metrotvnews.com, Jakarta: Chief Operating Officer Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati ikut bergabung dalam program ekonomi iklim baru atau new climate economy. Program itu memfokuskan diri pada dampak pertumbuhan ekonomi pada perubahan iklim di dunia.

Keterlibatan Sri Mulyani itu disampaikan melalui siaran pers yang dikirimkan ke Media Indonesia, Selasa (24/9). Keterlibatan Sri Mulyani bukanlah mewakili Bank Dunia melainkan secara pribadi.

Disebutkan seiring menguatnya bukti-bukti keterlibatan manusia dalam perubahan iklim maka hari ini diluncurkan sebuah Komisi Dunia yang baru, dengan tujuan untuk membantu melakukan analisis biaya dan manfaat setiap tindakan terhadap perubahan iklim. 

Komisi Dunia untuk Ekonomi dan Iklim atau The Global Commission on Economy and Climate, demikian nama komisi ini, terdiri dari para kepala pemerintahan, keuangan, dan bisnis dari 14 negara, yang dipimpin mantan Presiden Meksiko Felipe Calderon.

Selain Presiden Calderon, anggota komisi yang bergabung dalam kapasitas pribadi adalah: Sri Mulyani Indrawati, Chief Operating Officer Bank Dunia, Ingrid Bonde, CFO dan Wakil CEO Vattenfall, Sharan Burrow, Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Internasional, Helen Clark, Kepala Program Pembangunan PBB dan mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Luisa Diogo.

Ikut pula mantan Perdana Menteri Mozambik, Gopalakrishnan, Wakil-Ketua Eksekutif Infosys dan Presiden Konfederasi Industri India, Ricardo Lagos, mantan Presiden Chile, Trevor Manuel, Menteri Perencanaan dan Mantan Menteri Keuangan Afrika Selatan, Takehiko Nakao.

Adapula Presiden Bank Pembangunan Asia, Paul Polman, CEO Unilever, Nemat Shafik, Deputy Managing Director IMF (Penasehat), Nick Stern, Profesor di London School of Economics, dan Zhu Levin, CEO China International Capital Corporation.

"Dampak perubahan iklim dan pemanasan global telah terbukti jelas, tetapi analisis ekonomi belum menjadi pertimbangan yang memadai untuk mengantisipasi meningkatnya risiko perubahan iklim atau analisis keuntungan yang dapat diperoleh dari tindakan terhadap perubahan iklim," demikian pernyataan Felipe Calderon.

Komisi Dunia untuk Ekonomi dan Iklim adalah sebuah inisiatif independen yang dibentuk oleh kelompok tujuh negara, yaitu Indonesia, Kolombia, Ethiopia, Korea, Norwegia, Swedia dan Inggris. Komisi ini akan didukung oleh kemitraan lembaga-lembaga riset dari dari enam benua yang akan melakukan berbagai analisis yang dibutuhkan.

Tak hanya itu, Calderon juga menyebutkan perlu mengidentifikasi bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat berdampak pada pengurangan emisi dan perubahan iklim.


"Kita harus segera mengidentifikasi bagaimana kita mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, dan pada saat bersamaan juga mengurangi emisi dan mengatasi perubahan iklim," ujar Calderon. (Fidel Ali Permana)

Sumber : http://www.metrotvnews.com


HUBUNGI KAMI

Informasi Via telpon bisa hubungi :
Yogyakarta: +62 81227566913

Office: Jl. Rejowinangun No.13 KotaGede Yogyakarta


Email : info.igist@yahoo.co.id

Website: http://komunitasbisnishijau.blogspot.co.id